Deni sedang agak malas bekerja hari ini. Rasanya masih
ingin libur. Kok cepat sekali liburan berakhir. Rasanya baru sebentar libur, eh
sudah harus bekerja lagi.
Tapi, kemudian Deni teringat suatu kejadian yang
menggerakkan hatinya ketika belum lama berselang dia pulang kampung untuk merayakan
tahun baru bersama orang tua dan saudara-saudaranya. Ketika dalam perjalanan ke
kotanya, di kereta api Deni bertemu seseorang. Orang tersebut duduk di kursi
sebelah kirinya dan hanya dipisahkan oleh jalan untuk lalu lalang. Seorang
pemuda. Sederhana. Biasa saja. Tidak terlalu istimewa.
Yang membuatnya istimewa adalah pemuda tersebut terus
menerus dipuji- puji oleh teman-temannya. Mereka semua berlima. Teman-temannya
tak henti-hentinya memujinya, menggodanya, menepuk-nepuk bahunya, dan menyalaminya
berulang-ulang. Sebaliknya pemuda tersebut hanya senyum- senyum dan tertawa.
Di tengah perjalanan, setelah teman-teman pemuda tersebut
tidak terlalu ribut lagi, tiba-tiba pemuda tersebut menyapa Deni. Mau pinjam koran
yang dipegang Deni. Tentu saja Deni tidak keberatan untuk meminjamkan korannya.
Apalagi dia sudah selesai membacanya. Tak lama kemudian pemuda tersebut
mengembalikan korannya dan mereka berdua terlibat dalam pembicaraan.
Karena penasaran, Deni menanyakan mengapa pemuda tersebut
disalami. Dia hanya tersenyum saja. Tapi, teman di sebelahnya langsung menengok
ke arah Deni dan menjawab:”Dia karyawan terbaik tahun ini, mas! Nomor satu! Ha
ha ha… Sudah tiga tahun berturut-turut lho mas. Hebat kan?” Temannya yang lain
menambahkan: “Tahun ini dia naik jabatan mas. Jadi bos.”
Deni memberi salam sambil mengucapkan selamat. Sambil
bercakap-cakap, Deni menanyakan kiat-kiat suksesnya dalam bekerja. Temannya menjawab:
“Dia orangnya selalu ingin lebih baik. Tidak pernah berhenti belajar mas. Tidak
pernah menyerah. Kalau dia tidak mengerti, dia bertanya dan belajar. Kalau
sudah mengerti, dia akan berusaha melakukan yang terbaik. Kalau sudah terbaik,
dia berusaha lebih baik lagi. Pokoknya tidak pernah puas. Yah, jelas dia menang
lagi tahun ini.”
Teman yang lain lagi menambahkan: “Betul mas. Malah kita
semua banyak belajar dari dia. Dia ini memang superman. Pokoknya hebat deh.”
Deni ikut tersenyum: “Wah, mas, saya juga ingin belajar nih. Saya kok tidak
bisa begitu ya? Kalau lagi down, ya kerja jadi malas juga. Tidak bisa selalu
bersemangat tinggi. Apalagi kalau lagi bokek. Ha ha… Bagaimana sih caranya?”
Pemuda tersebut memandangnya, lalu berkata serius: “Saya
juga sering mengalami up and down kok. Tapi, saya tidak mau down terus. Setiap
kali saya malas,
ya langsung saya kerja lebih giat. Kalau saya ingin istirahat, saya langsung
cari apa saja yang bisa dikerjakan. Kalau saya bosan, saya langsung bikin
rencana baru tentang apa saja yang akan saya lakukan hari itu.”
Dia bercerita: “Tiga tahun yang lalu, saya ditegur oleh
atasan saya. Soalnya saya lagi malas banget. Beberapa hari di kantor saya
hampir tidak mengerjakan apa-apa dan hanya main game. Lalu atasan saya datang.
Beliau hanya bertanya, Kalau kamu sedang malas bekerja, bagaimana jika
perusahaan juga sedang malas membayar gajimu?”
Pemuda itu melanjutkan, “Setelah berkata demikian, beliau
pergi. Saya jadi malu sendiri. Saya tidak ingin perusahaan malas membayar gaji
saya, tentunya perusahaan juga tidak ingin saya malas bekerja. Jadi, sejak saat
itu saya tidak mau menuruti rasa malas, lelah, bosan dan lainnya.”
“Caranya?” tanya Deni.
“Kalau saya sedang merasa malas, saya langsung berdiri
dan lompat-lompat di tempat. Kira-kira 20 kali lompat. Dulu saya sering ditertawakan
teman-teman saya ini, tapi sekarang banyak yang mengikuti cara saya. Dengan
melompat-lompat sebentar, maka peredaran darah menjadi lebih lancar, rasa malas
pun hilang. Begitu juga kalau saya mengantuk, saya langsung melompat-lompat
sebentar, maka rasa mengantuk akan lenyap. Pokoknya saya melakukan kebalikan
dari setiap perasaan negatif yang saya rasakan.”
“Begitu juga kalau saya sedang pusing dengan masalah
pribadi saya. Langsung saya menelepon klien yang membutuhkan bantuan saya, sehingga
saya tidak memikirkan masalah saya sendiri. Kadang saya langsung menghadap
atasan dan mendiskusikan masalah pekerjaan. Saya tidak mau mengasihani diri
sendiri. Masalah saya tidak akan selesai dengan berpusing-pusing atau
bermalas-malasan kan? Apa uang saya akan bertambah kalau saya malas bekerja?
Tidak kan? Jadi, untuk apa?”
Waktu mendengar penjelasan pemuda itu, Deni hanya
mengangguk-angguk. Tapi kini, ketika dia merasa sedang malas, Deni teringat
akan pemuda di kereta. Segera Deni berdiri dan melompat-lompat di tempat sebanyak
20 kali. Eh benar, ternyata badannya terasa lebih segar. Dia pun mulai bekerja
lagi. Ternyata dia merasa semangatnya timbul lagi. Manjur juga yah?
Semangat Deni timbul. Untuk apa memulai tahun yang baru
dengan rasa malas? Apakah rasa malas akan mengubah keadaan menjadi lebih baik? Jelas
tidak! Jadi apa gunanya malas? Do something! Be active! Be
successful!
Sumber: Malas oleh Lisa Nuryanti, Director Expands Consulting
& Training Specialist
0 komentar:
Posting Komentar